Fakultas Psikologi UNISBA Artikel Sering mood swing, apa aku kena bipolar?

Sering mood swing, apa aku kena bipolar?

Sering mood swing, apa aku kena bipolar?

Pastinya kalian pernah dong mendengar kata mood swing dan bipolar, sebenarnya kalian tau gak sih apa bedanya mood swing dengan bipolar? Apakah mood yang selalu berubah dalam jangka waktu yang cepat itu bisa menyebabkan seseorang terkena bipolar?

Suasana hati atau mood pasti akan berubah tergantung pada kondisi yang dialami saat sedang menjalankan aktivitas. Tentunya kalian pernah dong mengalami perubahan mood yang memang jelas ada akibatnya? Nah apabila seperti itu, itu adalah hal yang normal dan wajar apabila terjadi pasa setiap orang. Tetapi, ketika perubahan mood itu terjadi secara tiba-tiba  dan sangat bertolak belakang dengan orang tersebut, ini dinamakan mood swing. Dalam kasus tertentu, perubahan mood ini bisa terjadi secara ekstrim dan tanpa ada alasan yang jelas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu penyebab mood swing adalah ketidakseimbangan kimia otak yang berhubungan dengan pengaturan mood dan perubahan hormon yang dihasilkan oleh tubuh. Ketidakseimbangan ini bisa terjadi tergantung pada banyak faktor yang berbeda seperti makanan, sistem imun, pubertas, kehamilan, menopause, dsb. Mood swing masih bisa dikatakan normal, apabila tidak mengganggu fungsi sosial dan aktivitas sehari-hari.

Sedangkan, gangguan bipolar adalah suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa gembira yang ekstrem dan depresi yang parah (Nevid, Rathus & Greene, 2003). Di dalam gangguan bipolar sendiri terdapat episode manic yang terjadi selama beberapa waktu selanjutnya diganti menjadi episode depresi. Orang yang terkena gangguan bipolar seolah-olah sedang mengendarai roller coaster emosional, berayun tinggi ke dalam rasa girang lalu ke kedalaman depresi tanpa adanya penyebab eksternal.

Jadi sebenarnya, mood swing masih bisa dikatakan normal, apabila tidak mengganggu fungsi sosial dan aktivitas sehari-hari, dan biasanya mood swing tidak bertahan dalam jangka waktu yang lama. Berbeda lagi dengan gangguan bipolar, kriteria dalam episode manic terjadi apabila mood yang tinggi selama satu minggu disertai dengan gejala seperti perhatian sangat mudah teralihkan, berkurangnya kebutuhan untuk tidur, dsb.

Kadang seseorang selalu mendiagnosis dirinya terkena suatu gangguan atau penyakit serius berdasarkan dari pengalaman atau informasi seadanya yang didapatkan secara mandiri dari media sosial atau internet dan gejala yang muncul membuat orang tersebut merasa mampu untuk mengobati dirinya sendiri. Seperti halnya contoh diatas sering mengalami perubahan mood secara cepat itu menandakan terkena gangguan bipolar, padahal sebenarnya tidak.

Kebanyakan orang dengan kepercayaan dirinya mengatakan “saya bipolar” atau “saya depresi”. Hal ini merupakan fenomena yang menunjukkan bahwa adanya literasi seseorang akan kesehatan mental mulai meningkat. Bahkan bisa mendefinisikan adanya gangguan tersebut sebagai sesuatu yang real dan nyata. Adanya diagnosis terhadap diri sendiri , merupakan suatu tanda yang baik dalam perkembangan literasi seseorang akan adanya gangguan.

Namun hal ini juga memiliki resiko sendiri, jika seseorang mengatakan dirinya sebagai orang yang mood swing atau bipolar. Ada kemungkinan bahwa hal tersebut tidak benar. Ada beberapa hal yang mendasari kita tidak boleh mendiagnosis diri sendiri.

Yang pertama, selain kemungkinan yang di diagnosis itu tidak benar sangat mungkin kita tidak mampu melihat diri kita secara objektif. Misalnya mengatakan bahwa diri kita bipolar, apakah benar mood swing yang sedang dirasakan itu bipolar? Tau dari mana kalau itu bipolar. Bayangkan jika keadaan tersebut dapat terdengar kepada orang yang benar-benar mengalami bipolar, dan mendengar cerita yang sebenarnya bahwa itu bukan bipolar, akan sangat menyakitkan untuk orang tersebut.

Yang kedua, bayangkan apabila kita mendiagnosis gangguan yang terjadi. Kita mampu melewatkan gangguan medis yang serius dan akhirnya terlambat mencari pertolongan, karena self diagnose itu sangat berbahaya. Jadi jangan pernah melakukan self diagnose karena sangat besar kemungkinan kita salah terhadap kondisi yang sebenarnya. Kita cenderung melebih-lebihkan sesuatu, kita cenderung mengurangin sesuatu, dan bahkan orang lain dapat tersakiti karena cerita kita dan sangat mungkin salah terhadap diagnosis yang sebenarnya.

Jika kalian curiga dengan apa yang dirasakan, sebaiknya dikonsultasikan pada psikiater atau psikolog. Psikiater atau psikolog dapat membantu mengindentifikasi penyebab yang sedang dirasakan sekaligus memberikan penanganan yang tepat.

Ditulis Oleh : Alya Iklima Hidayah (10050017035)  & Tiara Rahayuningsih (10050018238)

Daftar Pustaka :

Deswika, Fitriana. 2018. Berbagai Penyebab Mood Swings, Gejolak Suasana Hati yang Bukan Sekadar Bad Mood. 
Diakses dari https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/penyebab-mood-swing/

Fauziah, N. 2008. Tinjauan Literatur. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125232-616.89%20FAU%20f%20-%20Faktor-Faktor%20Pendukung%20-%20Literatur.pdf

Related Posts