Ketika Hubungan Telah Kehilangan Energi Kebahagiaannya
By: Zihan Birul Haqiqi [10050018250]
Kebanyakan dari kalian mungkin sudah pernah mendengar apa itu toxic relationship yang menggambarkan ketidak bahagiaan seseorang ketika menjalaninya. Tetapi mungkin juga belum mengetahui secara detail bagaimana proses terjadinya dan faktor apa saja yang mempengaruhi dalam hubungan yang toxic. Baik, sekarang saya akan membahas peranan manusia terlebih dahulu supaya kita lebih menghayati maksud dan tujuan pembahasannya
Sebagai mahluk hidup, manusia merupakan makhluk sosial yang pada prinsip nya akan saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya atau bisa juga dimaknai dengan “take and give”. Dari proses interaksi tersebut terbentuklah sebuah hubungan. Nah, hubungan yang dijalani pun beragam, misalnya dimulai dari keluarga, pertemanan, pasangan, atau bahkan rekan kerja. Memang, Idealnya sebuah hubungan yang dijalani itu bersifat dua arah dan melibatkan satu sama lain untuk saling membantu tanpa mengharapkan adanya imbalan. Akan tetapi, tidak semua hubungan yang dimiliki dan dijalani manusia merupakan hubungan yang sehat.
“Lalu apakah hubungan yang sehat itu?” “Apa perbedaannya dengan hubungan yang tidak sehat?”
“ Bagaimana kita mendeteksi adanya hubungan yang tidak sehat? “
“Apa yang harus dilakukan dalam menghadapinya?” Mari kita bahas satu persatu
Hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling memberi dukungan, memelihara dan melindungi satu sama lain. Hubungan sehat ini memiliki ciri ciri yang meliputi rasa kasih sayang, rasa aman, nyaman, kebebasan dalam berpikir, saling peduli dan menyayangi, serta menghormati perbedaan pendapat. Adapun components of love Menurut Robert Sternberg, yaitu:
- Passion: Meliputi perasaan antusias yang kuat untuk sesuatu hal
- Intimacy: Ikatan yang kuat (keakraban) yang terjadi antara dua individu
- Commitment: Sikap yang mendukung dan berusaha untuk bertanggung jawab
Ketika kita merasa bahwa ide dan 3 komponen cinta tersebut diterima dengan baik didalam sebuah hubungan begitupun kita menerima balik hal tersebut, maka bisa dikatakan bahwa hubungan ini menunjukkan hubungan yang sehat karena adanya take and give dan emosi yang dirasakan lebih banyak adalah emosi positif. Tetapi, pada saat kita merasa tidak aman dan nyaman serta tidak bebas dalam berekspresi ketika menjalani hubungan dengan pasangan, lalu merasa pernah direndahkan oleh teman bisa saja hubungan tersebut termasuk dalam kategori yang tidak sehat atau yang biasa kita kenal dengan istilah toxic relationship.
Toxic relationship adalah hubungan yang tidak menyenangkan bagi diri sendiri atau orang lain dan akan menjadi beban seiring berjalannya waktu. Hubungan ini juga akan membuat seseorang terkuras energi kebahagiaannya dan merasa lebih buruk yang ditandai dengan adanya rasa ketidaknyamanan, kecemburuan, keegoisan, ketidakjujuran, sikap merendahkan, dominansi, dan kontrol. Seseorang yang terjebak dalam toxic relationship dapat menyebabkan terjadinya konflik yang dirasakan dalam diri. Konflik ini akan mengarah pada amarah, depresi, atau kecemasan.
Pada intinya toxic relationship itu menyebabkan mereka yang terlibat dan menjalaninya akan kesulitan untuk hidup produktif. Mengapa demikian? Karena pada saat hubungan yang dijalani tidak sehat maka otak dan perilaku kita akan teracuni dengan pola hubungan seperti itu sehingga sulit dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Misalnya, disituasi saat kita merasa galau membuat kita jadi malas belajar, malas bekerja, tidak memiliki mood yang baik, menangis seharian, bahkan bisa saja sampai tidak mau makan. Menyedihkan sekali bukan? Maka dari itu mari kita sadari hubungan yang termasuk kategori tidak sehat.
Toxic yang dimaksud disini bukan berarti seluruh pribadi seseorang menjadi toxic, tetapi bagaimana perilaku atau hubungan kita yang tergolong toxic. Ada 2 hal yang perlu kita kenali dalam toxic relationship.
- Coba pahami kembali tujuan dari hubungan yang dijalani. Dengan begitu kita akan sadar mengenai peran masing masing dalam hubungan tersebut.
- Perhatikan beberapa perilaku seperti sikap berbohong, menolak untuk menyelesaikan masalah yang terjadi, tidak mau memaafkan, tidak mau mengakui kesalahan, selalu menyalahkan orang lain, menyakiti secara verbal, berbicara buruk tentang orang lain, bersikap manipulatif, dan menolak untuk mendengarkan permasalahan kita.
Dengan begitu sudah jelas bukan? Ketika kita pernah disakiti secara verbal saja sudah termasuk toxic relationship apalagi tersakiti secara non verbal. Dan jelas bukan? Apabila hal tersebut terus kita alami sudah pasti merugikan diri sendiri.” Lalu selanjutnya apa yang harus kita lakukan?”
Oke! kita tidak bisa merubah perilaku pasangan baik itu teman maupun pacar. Yang bisa kita lakukan adalah merubah diri kita sendiri supaya tidak terjebak dalam hubungan yang toxic. Dengan tegas kita harus mengatakan bahwa hubungan tersebut sudah tidak baik untuk dijalani apabila tidak dievaluasi bersama dengan baik. Kecuali, jika pihak lain dalam hubungan tersebut mengatakan akan berusaha untuk merubahnya, maka pertimbangkan kembali apakah akan diberi kesempatan atau tidak. Jika tidak, kita harus berani membuat keputusan untuk mengakhiri hubungan tersebut (dalam konteks berpasangan)
Bagaimanapun, perilaku dalam toxic relationship itu merupakan sebuah pola yang merusak dan merugikan. Jangan sampai kita terjebak dalam pola hubungan yang merusak dan meghilangkan kebahagiaan yang seharusnya didapatkan oleh semua orang. Perlu kita ingat bahwa If it’s destroying you, then it is’nt love. So now it’s time to saying goodbye to a toxic relationship.Jika kita mengalami kesulitan untuk mengakhirnya, cobalah untuk meminta kepada yang lebih ahli untuk menyelesaikannya, konsultasi kepada psikolog misalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Medina, Noemi. (…). Saying Goodbye to a Toxic Relationship. Puckermob.com
Nabila, Zahrah. 2017. Toxic Relationship: Ketika sebuah hubungan tidak lagi menghubungkan. Pijar Psikologi.
https://www.healthscopemag.com/health-scope/toxic-relationships/ Diakses 7 Desember 2019.